Bandung, BandungOke – Dalam dinamika zaman yang kian deras membawa arus globalisasi, ideologi bangsa tak lagi sekadar pengetahuan tapi harus menjadi pijakan hidup.
Anggota MPR RI dari Fraksi Golkar, Nurul Arifin berpendapat, druang-ruang kelas, generasi muda tumbuh di tengah banjir informasi yang kerap tidak terkendali.
“Di titik inilah, gagasan untuk menanamkan kembali 4 Pilar MPR RI menemukan relevansi paling mendesak,” Kata Nurul Minggu, 2 November 2025.
Oleh karenanya, tegas Nurul, sosialisasi 4 Pilar Kebangsaan yakni Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika harus secara rutin di institusi pendidikan.
Ia percaya, sekolah adalah rumah awal pembentukan karakter, tempat arah bangsa dirumuskan dari pikiran-pikiran yang masih jernih.
“Empat pilar kebangsaan ini harus terus disosialisasikan kepada khalayak khususnya bagi anak sekolah agar ideologi bangsa ini tak dilupakan,” ujar Nurul.
“Harapannya, sosialisasi ini mampu menangkal masuknya ideologi-ideologi atau nilai-nilai lain yang tidak sesuai dengan kita sebagai bangsa yang majemuk dan heterogen.” imbuhnya.
Nurul berpandangan, generasi digital kini hidup dalam lanskap yang menuntut kecepatan, bukan ketelitian. Informasi datang tanpa ketuk bahkan kadang tanpa akurasi.
Di sinilah pendidikan nilai menemukan makna untuk mengembalikan manusia pada akal dan nuraninya.
Nurul menyebut, kehadiran sosialisasi 4 Pilar di sekolah bukan sekadar formalitas seremonial. Ia adalah langkah penyadaran bahwa kebangsaan bukan warisan yang tinggal dipakai, melainkan komitmen yang harus terus diperjuangkan.
“Kalau lihat generasi sekarang yang sangat tergantung gadget, maka peran orang tua untuk meneruskan pesan-pesan moral sangat penting,” ungkapnya.
Program edukasi berkelanjutan tentang 4 Pilar di sekolah, menurutnya, akan menjadi benteng bagi pelajar dari ancaman radikalisme, disinformasi, dan hilangnya rasa memiliki terhadap tanah air. Di tengah tantangan global, rasa kebangsaan tak bisa muncul otomatis. Ia mesti dihadirkan, dirawat, dan dihidupkan.
Sekolah, Lahan Subur Penanaman Nilai
Sekolah menjadi ruang paling strategis, bukan hanya karena di sana anak-anak belajar ilmu, tetapi karena di situlah mereka mengenali makna kebersamaan dan perbedaan. Nilai Pancasila tak hanya diajarkan lewat teori, tetapi dihidupkan melalui interaksi sosial yang menghormati keragaman.
Sementara UUD 1945 hadir sebagai nadi aturan berbangsa. NKRI mengikat ruang hidup dalam kesatuan. Bhinneka Tunggal Ika menautkan perbedaan menjadi satu jalinan kekuatan.
“Empat pilar kebangsaan ini adalah fondasi bangsa yang harus dipahami dan diamalkan oleh seluruh rakyat Indonesia. Melalui sosialisasi ini, kami ingin memperkuat rasa nasionalisme dan kebersamaan,” kata Nurul.
Nurul menambahkan, siapa yang bertanggung jawab menjaga arah negeri, bila bukan pendidiknya dan siapa yang akan memeliharanya, bila bukan generasi mudanya?
“Sosialisasi 4 Pilar adalah upaya kembali mengingat, bahwa sebelum bangsa ini menjadi besar, ia berdiri di atas nilai. Nilai yang telah digariskan oleh pendiri negeri, dan kini menjadi tugas bersama untuk menjaganya tetap hidup dalam dada setiap anak bangsa,” pungkasnya.***
