Bandung, BandungOke — Tak ada ruang yang lebih sakral dalam perjalanan anak selain dekap seorang ibu.
Dari rahim hingga tutur pertamanya, dari dongeng sebelum tidur sampai ajaran moral sederhana dimana ibu adalah pendidik pertama.
Di tangan merekalah karakter bangsa dibentuk perlahan, diam, tapi mengakar.
Hal tersebut diungkapkan oleh Anggota MPR RI Fraksi Golkar, Nurul Arifin, saat menyosialisasikan Empat Pilar MPR RI, Sabtu, 6 September 2025 di Cimahi.
“Pendidikan itu dimulai dari ibu, yang sebenarnya merupakan agen perubahan sekaligus role model yang dapat dan mampu melestarikan nilai-nilai budaya dan kebangsaan,” ujarnya.
Empat Pilar sebagai Napas Pembelajaran Rumah
Politisi Partai Golkar ini menuturkan,
di balik kesederhanaan ruang keluarga, hubungan ibu dan anak sesungguhnya mencerminkan empat fondasi bangsa yakni;
1. Pancasila – ibu mengajarkan adab, welas asih, gotong royong.
2. UUD 1945 – mengenalkan hak dan kewajiban dalam keluarga.
3. NKRI – membangun rasa cinta tanah air sejak dini.
4. Bhinneka Tunggal Ika – mendidik anak menghormati keberagaman.
Nilai-nilai itu, tegas Nurul bukan diktat, melainkan napas kehidupan sehari-hari. Namun cara menyampaikan kata Nurul tak harus kaku. Justru lebih membumi, menyesuaikan ruang keluarga yang cair.
“Seorang ibu tidak perlu kaku ketika menjelaskan nilai-nilai 4 Pilar kepada anak. Bisa dengan pendekatan yang bersahabat dan sesuai dengan lingkungan sehingga pesannya lebih mudah diterima,” tutur Nurul.
Bangsa besar, kata Nurul, dibangun bukan hanya oleh pejabat atau akademisi. Ia dirawat setiap hari oleh tangan-tangan lembut yang meninabobokan anaknya sambil menanamkan nilai luhur.
“Empat Pilar MPR RI yakni Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika bukan jargon. Ia hidup, tumbuh, dan diteruskan lewat peran seorang ibu. Dari pangkuan merekalah masa depan republik kembali disemai.” pungkasnya.***






