Lembang, BandungOke – Peringatan Hari Guru Nasional (HGN) 2025 di SMAN 2 Lembang berlangsung bukan sekadar seremoni.
Di tengah suasana syahdu upacara, Kepala Sekolah SMA N 2 Lembang Anni Kristanti Yunandami menyampaikan pesan yang selaras dengan semangat Pancawaluya nilai-nilai penguatan karakter warga sekolah yakni Cageur, Bageur, Bener, Pinter dan Singer.
Menurut Anni, HGN bukan hanya waktu untuk memberi ucapan terima kasih, tetapi juga momentum memperbaiki relasi antara murid, orang tua, dan guru.
“Jangan hanya menilai kinerja dan menghakimi mereka dari angka-angka. Sejatinya, tanggung jawab pendidikan yang pertama dan utama adalah orang tua dan keluarga,” ujarnya. Selasa (25/11/2026)
Nada yang digunakan Anni mencerminkan kegelisahan panjang yang dirasakan para pendidik. Publik, katanya, terlalu sering menilai guru dari indikator angka semata, padahal pembentukan karakter adalah kerja sunyi yang tidak selalu terlihat.
Pesan ini sejalan dengan pancawaluya yang melandaskan harmoni, empati, dan keteladanan harus lebih diutamakan dibanding sekadar hasil kuantitatif.
Guru dalam Tekanan Zaman
Dalam perbincangan, Anni juga mengutip pidato Mendikdasmen Abdul Mu’ti yang menekankan kembali martabat pendidik. Mu’ti mengajak publik menahan diri dari penilaian berlebihan dan kembali melihat guru sebagai mitra keluarga.
Menurutnya, guru kini menghadapi tekanan yang semakin kompleks: kecanduan gawai, judi online, persoalan psikososial, hingga ketidakstabilan ekonomi yang ikut memengaruhi murid.
“Saya mengimbau masyarakat, orang tua, dan semua pihak, agar menghargai jerih payah para guru,” kata Anni mengutip pesan Mu’ti.
Bagi Anni, peran guru jauh melampaui tugas administratif. Guru memikul mandat moral dan profetik—membangun nalar kritis, menanamkan akhlak, hingga menjernihkan hati murid.
Inilah kerja yang membutuhkan stamina intelektual, sosial, dan spiritual yang kokoh sebagaimana prinsip waluyaning cipta dan waluyaning sesama.

Upacara, Voli Bola Besar, Kembang Api, Tumpeng Sebagai Ruang Syukur dan Kebersamaan
Rangkaian kegiatan HGN tahun ini dirancang untuk memperkuat kekompakan warga sekolah. Vera Permata Sari, S.Pd, Staf Humas sekaligus Koordinator Acara HGN 2025 SMAN 2 Lembang, menjelaskan bahwa kegiatan dipersiapkan penuh kejutan oleh OSIS, MPK, Humas, dan Kesiswaan.
“Kami ingin guru menikmati hari mereka tanpa mengetahui detail persiapannya. Ada upacara, penampilan siswa, kejutan hadiah, hingga lomba voli jumbo. Semua GTK ikut supaya lebih kompak,” ujar Vera.
Setelah upacara, para guru mengikuti lomba voli bola besar yang menjadi simbol kebersamaan, tawa, dan ruang jeda dari rutinitas mengajar. Acara ditutup dengan pemotongan tumpeng sebagai bentuk syukur kolektif atas dedikasi para pendidik yang menjadi pilar sekolah.
Meneguhkan Identitas Sekolah: Religius, Unggul, Kompetitif
HGN tahun ini juga beririsan dengan program unggulan sekolah. Anni dan tim memperkuat kembali visi misi SMAN 2 Lembang yang berbasis nilai religius, keunggulan, dan kompetisi sehat—semangat yang juga selaras dengan Pancawaluya.
Anni menjelaskan beberapa langkah yang sedang digiatkan saat ini diantaranya,
– Program umrah untuk guru dan siswa
– Pembiasaan salat duha setiap hari
– Tausiah Jumat oleh siswa

Vera menambahkan, selain itu kami juga melakukan penguatan media sekolah melalui studio podcast, yang digunakan untuk mengangkat prestasi warga sekolah, menghadirkan narasumber pendidikan, hingga menjadi ruang kreatif untuk ekstrakurikuler Media Audiovisual dan Sinema.
Menurut Vera, podcast juga menjadi ruang karya anak-anak untuk belajar bercerita, berdiskusi, dan mendokumentasikan pencapaian sekolah.
Menjaga Martabat Guru, Menjaga Masa Depan
Peringatan HGN 2025 di SMAN 2 Lembang menjadi pengingat bahwa sekolah tidak bekerja sendirian. Keluarga, masyarakat, dan negara memegang peran vital dalam menjaga martabat pendidik.
Dengan menggemakan pidato Abdul Mu’ti, Anni menutup perbincangan dengan seruan reflektif, penghormatan kepada guru bukanlah basa-basi tahunan, melainkan fondasi keberlanjutan pendidikan.
HGN tahun ini menegaskan satu hal penting untuk menjadi etos bersama agar ruang belajar kembali menjadi tempat yang aman, manusiawi, dan memerdekakan.***






