Jakarta, BandungOke – Kanker serviks telah lama menjadi pembunuh senyap perempuan Indonesia.
Namun urgensinya nyaris tak pernah mendapat perhatian sebesar ancaman yang ditimbulkan.
Ketua Umum POGI, Prof. Budi Wiweko, menegaskan bahwa situasi ini bukan sekadar statistik gelap, melainkan kegagalan kolektif dalam melindungi separuh penduduk bangsa.
“Setiap tahun, lebih dari 20 ribu perempuan meninggal akibat kanker serviks—setara satu perempuan setiap 25 menit,” tegas Prof. Budi. Angka itu menyiratkan tragedi nasional yang terus berulang, diam-diam, tanpa alarm, dan sering kali terlambat disadari.
Padahal, sebagian besar kasus dapat dicegah. Vaksinasi HPV tersedia. Skrining rutin bisa mendeteksi dini. Namun kenyataannya, keduanya masih jauh dari merata.
Hasilnya, lebih dari 70 persen kasus ditemukan pada stadium lanjut—titik ketika biaya meningkat, risiko meningkat, dan peluang hidup makin menipis.
Di tengah ancaman mematikan ini, MoU antara Bio Farma dan POGI menjadi langkah strategis yang layak diapresiasi, namun tetap perlu dikritisi.
Direktur Pemasaran Bio Farma, Kamelia Faisal, menekankan bahwa kolaborasi ini bukan sekadar seremoni, melainkan bagian dari upaya memperkuat ketahanan kesehatan nasional.
“Kolaborasi Bio Farma dan POGI merupakan langkah penting dalam memperkuat upaya pencegahan penyakit, termasuk melalui edukasi vaksin dan skrining HPV,” ujarnya.
Bio Farma menyebut MoU ini sebagai fondasi sinergi jangka panjang antara industri farmasi dan tenaga kesehatan profesional.
Namun fondasi tidak akan berarti jika implementasinya lambat. Kamelia menggarisbawahi bahwa program strategis untuk mempercepat eliminasi kanker serviks siap digulirkan sebagai langkah awal dalam kerja sama ini.
Tetap saja, publik menunggu langkah konkret yakni ketersediaan vaksin yang lebih terjangkau, akses skrining yang merata di seluruh daerah, hingga edukasi yang menembus lapisan masyarakat paling rentan.
Sebab kanker serviks bukan hanya ancaman medis—ia adalah potret ketimpangan informasi, layanan, dan perhatian negara terhadap kesehatan perempuan.
MoU Bio Farma dan POGI menegaskan peran BUMN dan organisasi profesi dalam mendorong ekosistem kesehatan yang lebih terintegrasi.
Tetapi bagi jutaan perempuan di Indonesia, yang dibutuhkan bukan hanya dokumen kerja sama, melainkan percepatan aksi mulai dari vaksinasi masif, skrining terstruktur, dan sistem kesehatan yang tidak lagi membiarkan pembunuh senyap ini mencuri nyawa setiap 25 menit.
Kanker serviks bisa dicegah. Namun selama negara bergerak lambat, tragedi ini akan terus berulang. Saatnya menempatkan keselamatan perempuan sebagai prioritas—bukan slogan, tetapi kebijakan nyata.***






