Bandung, BandungOke – Di sudut Bandung Command Center, tiga meja, tiga kursi, dan layar komputer menyala tanpa pernah benar-benar padam.
Ruangan itu tidak pernah tidur—bahkan ketika Kota Bandung terlelap. Di balik layar, agen-agen Bandung Siaga 112 bekerja dalam ritme yang tak mengenal libur, menjaga kota dari ujung malam hingga pagi.
“Bandung Siaga 112, kejadian darurat apa yang dilaporkan?” suara itu, tenang tapi tegas, menjadi garda pertama ketika wargi menekan nomor 112. Dari sinilah tiap detik menentukan cepat tidaknya penanganan sebuah keadaan gawat.
Tiga sif bekerja bergantian: pagi, siang, dan malam. Satu menit telat bisa berakibat fatal, begitu kata Agen CLP yang sudah delapan tahun mengabdi. Rutinitasnya dimulai bahkan sebelum matahari muncul—menyelesaikan kewajiban rumah sebelum tiba tepat waktu di Balai Kota.
Di sif malam, Agen GS merasakan ritme yang berbeda. Kantuk, dingin, dan rumah yang jauh tak pernah benar-benar membuatnya terbiasa. Hari raya pun tidak menjadi pengecualian. Setelah salat Id, ia harus bersiap kembali ke meja kerjanya, menempuh perjalanan 90 menit sebelum jadwal piket dimulai.
Setiap hari, ratusan laporan masuk, mulai dari bencana kecil hingga kegawatdaruratan yang terasa di dada. Belum termasuk prank dan ghost call yang menghabiskan waktu. Agen FI, enam tahun bertugas, mengaku laporan bunuh diri dan laporan dari keluarga sendiri adalah momen yang tak mudah dilupakan.
Mereka tetap menjaga profesionalitas. Sistem shift memberi ruang istirahat dua jam bergiliran agar piket malam tak menjelma bencana bagi tubuh. “Dua jam itu harus dimanfaatkan. Besok paginya kami masih harus antar anak sekolah,” kata FI.
Ketika lengang, mereka saling bercanda atau memantau ratusan titik CCTV. Tiga kali sehari, mereka merangkum situasi kota—mulai dari laporan darurat hingga pergerakan lalu lintas—yang dibagikan melalui Instagram @bandungsiaga112.
Namun pekerjaan ini jauh dari kata mudah. “Kami ini pusat aduan. Salah sedikit saja, koordinasi bisa berantakan,” ujar Agen RDG, Supervisor yang memegang tanggung jawab besar. Pada masa pandemi Covid-19, telepon masuk tak pernah berhenti. Ambulans habis, warga panik, nyawa berada di ujung suara telepon.
Bandung Siaga 112 terhubung dengan berbagai instansi: Damkar, DPKP, hingga Kepolisian. Koordinasi menjadi nadi utama layanan ini. Karena itu RDG menegaskan: gunakan layanan ini secara bijak.
Setelah bertahun-tahun, semangat mereka tidak pudar. Rutinitas yang sama, pagi-siang-malam, tetapi gairah membantu wargi tetap seperti hari pertama.
Nomor 112 dapat diakses bebas pulsa di seluruh Kota Bandung. Tekan, laporkan, dan tenanglah saat berbicara. Di ujung telepon, ada agen yang berjaga—untuk Anda, untuk kota ini.






