Bandung, BandungOke — Hujan sedari pagi di Bandung tidak menghentikan ritme distribusi beras di gudang-gudang Bulog Kanwil Jawa Barat.
Sejak 30 Oktober 2025, truk bantuan pangan bergerak serentak ke seluruh provinsi. Program Bantuan Pangan (Banpang) Tahap II masih berjalan hingga hari ini, menyisir rumah tangga penerima manfaat di desa hingga pusat kota.
Peluncuran nasional dilakukan serentak di seluruh Indonesia. Di Jawa Barat, ribuan warga menerima simbolis paket bantuan berupa 20 kilogram beras dan 4 liter minyak goreng.
Total penerima manfaat mencapai 3,3 juta penduduk—angka yang menggambarkan skala operasi pangan terbesar di provinsi ini sepanjang tahun.
Pemimpin Wilayah Perum Bulog Jawa Barat, Nurman Susilo, menegaskan publik tidak perlu panik menghadapi isu kelangkaan.
“Stok Bulog Jabar sangat mencukupi hingga panen raya tahun depan,” ujarnya dalam keterangan tertulis. Rabu (3/12/2025)
Penegasan itu meredam kekhawatiran yang sempat merebak di tengah naiknya permintaan menjelang akhir tahun.
Bulog memotret kondisi konsumsi beras di Jawa Barat secara teliti. Dengan proyeksi penduduk 50,7 juta jiwa dan konsumsi rata-rata 79 kilogram per kapita per tahun, kebutuhan beras mencapai lebih dari empat juta ton per tahun—atau sekitar 334 ribu ton per bulan.
Hingga November, Bulog telah menggelontorkan 126.435 ton beras dari program Banpang dan Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP). Jumlah itu setara 37,8 persen dari kebutuhan bulanan masyarakat Jabar.
Kombinasi Banpang—yang menyasar sisi permintaan—dan SPHP—yang menyentuh pasokan—menjadi intervensi ganda yang sengaja didorong pemerintah untuk menutup celah gejolak harga. Efek gandanya mulai terasa di pasar dengan harga beras bergerak stabil, pasokan merata, dan pedagang tidak lagi menahan stok.
Menjelang pergantian tahun, Bulog berharap stabilitas ini menjadi bantalan penting bagi pengendalian inflasi. Ketika distribusi berjalan tanpa hambatan dan stok aman, kepanikan pasar bisa ditekan.
Di banyak titik, warga menyebut langkah Bulog sebagai “napas panjang” jelang masa paceklik awal tahun.
Di Jawa Barat, operasi pangan ini bukan sekadar distribusi beras. Ia adalah pesan bahwa negara hadir—lengkap dengan hitungan matematis, logistik, dan komitmen yang tidak putus—untuk menjaga agar kebutuhan paling dasar tetap terjangkau.***






