Bandung, BandungOke – Di Hollywood, tempat sorotan terang sering membuat manusia kehilangan bentuk aslinya, Keanu Reeves justru bergerak seperti bayangan yang jernih—tenang, sopan, dan tak pernah berusaha menjadi lebih dari dirinya.
Itulah yang dirasakan Ana de Armas ketika mengenang pertemuan pertama mereka di Los Angeles lebih dari sepuluh tahun lalu.
Kala itu, de Armas baru pindah dari Kuba. Bahasa Inggrisnya belum lancar, ritme kerja Hollywood terasa menyesakkan, dan ketidakpastian akting membayangi langkahnya.
Lalu datanglah Keanu—dengan sikap ramah yang jarang terlihat dari bintang laga kelas A. Mereka bermain bersama dalam Knock Knock karya Eli Roth, film yang menjadi pintu masuk aktris muda itu ke industri film Amerika.
“Waktu itu saya nyaris tidak bisa berbahasa Inggris, dan prosesnya membuat frustrasi. Tapi kami tetap bersenang-senang dan menjalin ikatan yang sangat baik,” kenang de Armas, menggambarkan Reeves sebagai sosok yang baik hati dan murah hati.
Dalam lanskap industri yang kadang terasa dingin, kehadiran Reeves menjadi semacam penanda bahwa Hollywood masih menyimpan ruang untuk kebaikan.
Pertemuan Kedua yang Menghangatkan
Satu dekade kemudian, keduanya kembali dipertemukan lewat Ballerina, sempalan dunia John Wick yang kini dibintangi de Armas. Bagi aktris 37 tahun itu, bekerja lagi dengan Reeves serasa pulang ke babak penting dalam perjalanan kariernya.
“Rasanya seperti kembali ke awal. Ia mendukung saya sepuluh tahun kemudian, dan itu sangat berarti,” ujarnya tentang aktor yang dikenal publik sebagai pria super rendah hati, mulai dari kebiasaannya naik transportasi umum hingga sikapnya yang selalu memberi ruang bagi rekan kerja.
Reeves, yang kerap dijuluki “aktor paling baik di Hollywood”, seakan memperlihatkan versi terbaik dari industri hiburan: seseorang yang tenang, konsisten, dan tidak pernah berubah meski ketenaran berkali-kali mengetuk pintunya.
Ballerina dan Evolusi Bintang Laga
De Armas mengakui bahwa menjadi bintang laga bukanlah sesuatu yang pernah ia bayangkan. Peran-perannya sebelumnya—No Time to Die, The Gray Man, Ghosted—membawanya ke jalur yang ternyata ia nikmati. Namun Ballerina, katanya, berada di level berbeda.
Latihan fisik berbulan-bulan, koreografi yang menuntut ketepatan ekstrem, hingga dunia John Wick yang dibangun Reeves dan sutradara Chad Stahelski membuat proyek ini terasa istimewa.
“Perannya sangat menarik, dunia yang mereka bangun begitu indah, dan saya senang bisa ikut mengembangkannya,” tuturnya.
Di tengah kesibukan rilis film, rumor seputar John Wick 5 yang kembali digarap pun ikut menghangatkan hubungan para penggemar dengan waralaba penuh aksi ini.
Keanu Reeves, Ikon yang Tetap Membumi
Cerita de Armas menegaskan satu hal: Keanu Reeves bukan sekadar legenda layar yang menembus gelombang aksi dan drama, tapi juga seorang sahabat. Seorang yang diam-diam ada, memulihkan rasa percaya diri seseorang, dan menunjukkan bahwa menjadi manusia baik tak memerlukan panggung.
Dalam hiruk-pikuk Hollywood yang terus bergerak cepat, Reeves tetap berjalan dengan langkah kecil dan konsisten. Mungkin itu sebabnya, di mata mereka yang pernah bekerja dengannya, ia selalu tampak seperti cahaya lembut—tidak menyilaukan, namun menghangatkan.***






