Bandung, BandungOke — Di tengah sisa-sisa banjir yang belum sepenuhnya pulih di Kabupaten Langkat, Sumatera Utara.
Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) memilih hadir dengan cara paling sunyi namun bermakna dengan mengirimkan tenaga medis dan kesehatan untuk merawat tubuh, sekaligus memulihkan jiwa warga terdampak.
Selasa pagi, 16 Desember 2025, halaman Gedung Rektorat UPI menjadi saksi pelepasan Tim Relawan Tenaga Medis dan Kesehatan UPI. Rektor UPI, Prof. Dr. H. Didi Sukyadi, M.A., melepas langsung 12 relawan yang akan bertugas dalam program Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) Tanggap Darurat Bencana di Langkat.
Tim ini merupakan kolaborasi lintas disiplin yang didukung Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, serta Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DPPM) UPI.
Sepuluh dosen dan dua mahasiswa dari Fakultas Kedokteran (FK), Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP), serta Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan (FPOK) dipersatukan dalam satu misi kemanusiaan.
Ketua Tim Relawan, dr. Pipit Pitriani, M.Kes., Ph.D., menjelaskan bahwa kehadiran mereka bukan sekadar respons medis, melainkan upaya pemulihan pascabencana secara menyeluruh.
“Tim ini dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu tim medis dan kesehatan serta tim psikososial. Kami akan bertugas sekitar 10 hari di lapangan,” ujar Pipit dikutip Kamis (18/19/2025)
Keberangkatan tim pada Rabu pagi, 17 Desember 2025, dengan estimasi kepulangan pada 24 atau 25 Desember.
Kabupaten Langkat dipilih karena meskipun situasi umum mulai membaik, sejumlah permukiman warga masih terendam dampak lanjutan banjir dan membutuhkan layanan kesehatan berkelanjutan.
Di lapangan, kerja kemanusiaan itu akan dibagi ke dalam tiga fokus utama.
“Kelompok pertama merupakan tim pelayanan kesehatan yang akan membuka layanan pemeriksaan umum, perawatan luka, serta penanganan keluhan kesehatan masyarakat dari FK.
Kelompok kedua adalah tim trauma healing yang melibatkan dosen FIP untuk memberikan pendampingan psikososial kepada warga terdampak. Kelompok ketiga berasal dari FPOK yang akan memberikan edukasi terkait gizi, asupan makanan sehat, serta penerapan perilaku hidup bersih dan sehat di masa pascabencana,” kata Pipit.
Bagi UPI, pendidikan tidak berhenti di ruang kelas atau laboratorium. Ia hidup ketika ilmu diuji di tengah krisis, ketika empati menjelma tindakan nyata. Pesan itu ditegaskan Rektor UPI dalam arahannya kepada para relawan.
“Kita tidak pernah tahu kondisi apa yang akan dihadapi di lapangan. Jaga niat untuk berbuat baik, tetap berkoordinasi dengan mitra di daerah, dan niatkan seluruh ikhtiar ini sebagai amal kemanusiaan,” pesan Prof. Didi.
Lebih jauh, Rektor menegaskan kesiapan UPI untuk mendukung pemerintah tidak hanya melalui penggalangan dana, tetapi juga lewat skema pengabdian yang terstruktur.
“Selain penggalangan dana, UPI juga menyatakan kesiapan untuk membantu pemerintah melalui Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan dengan menyalurkan dana pengabdian kepada masyarakat di wilayah bencana. Bantuan tersebut difokuskan pada tema medis dan kesehatan, yang direalisasikan melalui penyusunan proposal dan pembentukan tim relawan,” ujarnya.
Pelepasan tim relawan ini menegaskan kembali makna Tri Dharma Perguruan Tinggi yakni pendidikan, penelitian, dan pengabdian yang berpihak pada kemanusiaan.
Di Langkat, para relawan UPI tak hanya membawa obat dan pengetahuan, tetapi juga harapan—bahwa setelah bencana, selalu ada tangan yang datang untuk membantu, mendengar, dan menguatkan.






