Bandung, BandungOke – Masalah sampah kerap lahir dari tempat paling sunyi dalam sebuah kebijakan yang tak sampai gaungnya di kampung pinggiran wilayah industri dan energi.
Di Kabupaten Bandung, persoalan itu selama bertahun-tahun menjadi cerita harian warga mulai dari sampah menumpuk, pengelolaan terbatas, dan lingkungan yang perlahan tertekan.
Namun Hari Jumat, 19 Desember 2025, negara mencoba hadir dengan cara berbeda yakni dengan membawa teknologi, bukan sekadar imbauan.
PT Dirgantara Indonesia (PTDI) dan PT Pindad, dua BUMN strategis yang tergabung dalam Holding Defend ID, meresmikan program Corporate Social Responsibility (CSR) pengolahan sampah ramah lingkungan di wilayah Unit Patuha–Kampung Direct Use (Kadieu), Desa Sugihmukti, Kecamatan Pasir Jambu, Kabupaten Bandung. Program ini dijalankan bersama PT Geo Dipa Energi (Persero) Unit Patuha.
Kolaborasi ini menandai pergeseran pendekatan negara dalam isu lingkungan dari sekadar penanganan hilir menuju penguatan kapasitas warga di hulu persoalan. Sampah tidak lagi dipandang sebagai residu, melainkan sebagai tantangan sosial dan ekologis yang harus dikelola bersama.
Melalui program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL), PTDI dan PT Pindad menyediakan fasilitas pengolahan sampah ramah lingkungan yang dirancang agar dapat dioperasikan secara mandiri oleh masyarakat. Negara, dalam hal ini, tidak mengambil alih, tetapi memperkuat.
BUMDESMA Sugih Alam Lestari dipercaya sebagai pengelola utama instalasi pengolahan sampah tersebut. Kelembagaan lokal ini tidak hanya menerima fasilitas, tetapi juga pelatihan dan workshop untuk memastikan teknologi yang dibawa benar-benar berfungsi dalam jangka panjang.
“Kolaborasi ini merupakan bentuk sinergi industri pertahanan nasional dengan BUMN dalam mendukung pengelolaan lingkungan sekaligus pemberdayaan masyarakat,” ujar Sekretaris Perusahaan PTDI, IGAN Satyawati. Menurut dia, keterlibatan masyarakat menjadi kunci agar pengelolaan sampah tidak berhenti sebagai proyek simbolik.
Di kawasan Unit Patuha yang beririsan langsung dengan aktivitas energi panas bumi, keberlanjutan lingkungan menjadi isu krusial. Program ini memperkuat Program Kadieu milik PT Geo Dipa Energi, yang selama ini mendorong pemanfaatan langsung energi dan penguatan ekonomi warga sekitar wilayah operasi.
Bagi PTDI dan PT Pindad, kolaborasi ini sekaligus menegaskan peran baru industri strategis nasional. Tidak hanya membangun alutsista dan teknologi pertahanan, tetapi juga terlibat aktif dalam menjawab persoalan ekologis yang dihadapi masyarakat sehari-hari.
Lebih dari sekadar pengolahan sampah, program ini menyasar kemandirian. Ketika warga memiliki alat, pengetahuan, dan kelembagaan yang kuat, pengelolaan lingkungan tidak lagi bergantung pada proyek jangka pendek, melainkan tumbuh sebagai praktik kolektif.
Di Desa Sugihmukti, sampah kini tidak hanya dibuang. Ia dikelola, dipelajari, dan dijadikan pintu masuk kolaborasi antara negara, industri, dan warga. Sebuah eksperimen kecil yang bisa menjadi cermin masa depan kebijakan lingkungan: hadir, membumi, dan berkelanjutan.***






