BANDUNG OKE – Guru Besar Fisip Universitas Padjajaran, Prof. Dr. H. Didin Muhafidin, S.IP., M.Si, mengatakan pada tahun 2045 para insan pendidikan Indonesia akan mendapatkan bonus demografi. Sehingga, tegasnya, pendidikan menjadi salah satu tanggungjawab untuk membentuk Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul.
“Tahun 2045 kita akan mengalami bonus demografi, untuk meraihnya maka pendidikan menjadi sebuah keniscayaan (Karena) untuk menciptakan SDM yang unggul dan berdaya saing, kuncinya adalah pendidikan,” kata Prof. Didin, Jumat 3 Mei 2024.
Prof. Didin berpendapat jika sampai saat ini masih ada persoalan yang membelenggu dunia pendidikan dan hal tersebut harus segera dipecahkan agar jangan sampai bonus demografi 2024 menjadi bencana karena tidak tepat dalam penangananya.
Di Indonesia, imbuhnya. masih ada beberapa masalah pendidikan yang umum terjadi dan menjadi tantangan dalam meningkatkan kualitas dan akses pendidikan.
“Pendidikan berkualitas yang akan menciptakan SDM Unggul ini, jangan hanya sekedar sebagai sarana ‘agent of change’ bagi generasi muda penerus bangsa Indonesia tapi juga harus menjadi ‘agent of producer’ agar dapat menciptakan suatu transformasi yang nyata” tegas Prof. Didin yang juga menjabat sebagai Rektor Universitas Al Ghifari (Unfari).
Prof. Didin menguraikan beberapa contoh masalah pendidikan yang terjadi saat ini, yakni;
1. Akses Terbatas ke Pendidikan
Menurut Prof. Didin, masih banyak anak di Indonesia yang kesulitan untuk mengakses pendidikan, utamanya di daerah terpencil, pedalaman, atau komunitas miskin. Jarak yang jauh antara tempat tinggal dengan sekolah, kurangnya sarana transportasi, dan minimnya infrastruktur pendidikan di wilayah tersebut menjadi hambatan untuk menciptakan akses pendidikan yang merata.
2. Ketimpangan Pendidikan
Guru Besar Kebijakan Pulik ini masih melihat adanya ketimpangan pendidikan antara daerah perkotaan dan pedesaan, serta antara kelompok sosial ekonomi. Fasilitas dan kualitas pendidikan di perkotaan umumnya lebih baik dibandingkan di pedesaan.
“Anak-anak dari keluarga prasejahter sering kali mengalami kesulitan dalam mengakses pendidikan berkualitas tinggi, dan hal ini harus segera dicarikan solusi terbaiknya,” tegas Prof.Didin.
3. Kualitas Guru dan Tenaga Pendidik
Persoalan selanjutnya, kata Prof. Didin, adalah kualitas guru dan tenaga pendidik di Indonesia. Saat ini pelatihan yang memadai masih kurang ditambah keterbatasan sumber daya manusia yang berkualitas di bidang pendidikan menjadi mata rantai yang harus segera diputus.
4. Kurikulum yang Tidak Relevan
Beberapa pihak berpendapat bahwa kurikulum pendidikan di Indonesia masih kurang relevan dengan kebutuhan dunia kerja dan perkembangan global. Terlalu banyak muatan teori dan kurangnya pemberdayaan keterampilan praktis dapat menghambat siswa dalam mengembangkan keterampilan yang relevan dan aplikatif.
5. Kualitas Fasilitas dan Infrastruktur
Banyak sekolah di Indonesia masih menghadapi masalah terkait fasilitas dan infrastruktur yang tidak memadai. Hal ini termasuk keterbatasan ruang kelas, laboratorium, perpustakaan, akses internet yang terbatas, dan sanitasi yang buruk. Kekurangan ini dapat mempengaruhi pengalaman belajar siswa dan kualitas pendidikan yang diberikan.
6. Kesenjangan Digital
Kesenjangan akses terhadap teknologi informasi dan komunikasi yang memadai masih menjadi masalah di Indonesia. Tidak semua siswa memiliki akses yang sama terhadap perangkat komputer, internet, atau sumber daya digital.
“Hal ini dapat mengakibatkan kesenjangan dalam kemampuan mengakses informasi dan pembelajaran online,” kata Prof. Didin.
Prof. Didin menegaskan, momentum hari pendidikan nasional 2024 yang mengusung tema “Bergerak Bersama, Lanjutkan Merdeka Belajar,” .harus menjadi momentum untuk semua pihak melihat persoalan pendidikan secara terbuka dan duduk bersama untuk merumuskan formula yang tepat melalui kolaborasi pentahelix agar persoalan pendidikan anak bangsa ini segera terpecahkan.***
Discussion about this post