BandungOke – Sektor pertanian Jawa Barat kembali mengalami tekanan. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat penurunan Nilai Tukar Petani (NTP) pada April 2025 sebesar 0,95 persen, menjadi 112,03, akibat harga jual hasil pertanian yang melemah sementara biaya produksi meningkat.
“Penurunan NTP terjadi karena indeks harga yang diterima petani sebesar 136,24 turun 0,40 persen, sementara indeks harga yang dibayar petani sebesar 121,61 atau naik 0,55 persen dibandingkan Maret 2025,” jelas Plt. Kepala BPS Jabar, Darwis Sitorus.dalam konferensi pers di Aula BPS Jabar, Jumat (2/5/2025).
Subsektor yang paling terpukul yaitu peternakan (-2,31 persen) dan tanaman pangan (-2,21 persen). Namun demikian, subsektor hortikultura mencatat kinerja positif dengan kenaikan 5,10 persen. Penurunan juga tercermin pada Nilai Tukar Usaha Petani (NTUP) yang turun 0,58 persen menjadi 115,39.
“Penurunan NTUP ini terjadi karena indeks harga yang diterima petani mengalami penurunan 0,40 persen, sementara indeks biaya produksi dan barang modal naik 0,18 persen,” tambah Darwis.
Sementara itu, kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Jawa Barat melonjak 26,57 persen pada Maret 2025 dibanding bulan sebelumnya, didominasi oleh wisatawan asal Tiongkok (41,22 persen) dan Singapura (27,48 persen).
“Distribusi wisman menurut kebangsaan masih didominasi oleh wisman asal Tiongkok sebesar 41,22 persen, diikuti wisman asal Singapura sebesar 27,48 persen,” kata Darwis.
Sayangnya, tingkat penghunian kamar (TPK) justru anjlok hingga 13,60 poin, menyisakan rata-rata hunian hanya 24,28 persen di seluruh hotel.
“Adanya pembatasan penggunaan anggaran pada kegiatan MICE pemerintah serta momen bulan suci Ramadan menjadi pengaruh signifikan terhadap turunnya angka TPK,” jelasnya.
Di sektor perdagangan luar negeri, nilai ekspor Jawa Barat turun 3,51 persen menjadi 3,09 miliar USD, sementara impor meningkat hingga 10,38 persen menjadi 0,98 miliar USD. Kendati demikian, neraca perdagangan tetap surplus 2,11 miliar USD.
“Tujuan ekspor terbesar masih ke Amerika Serikat sebanyak 480 juta USD, diikuti ke Filipina sebanyak 277 juta USD. Tapi kita masih mengalami defisit dengan Taiwan dan Tiongkok,” pungkas Darwis.***
Editor : Abu Shofwan