Jakarta, BandungOke.com — Ketika narasi dan opini menjadi medan perang baru dalam geopolitik global, pemerintah Indonesia justru masih belum memiliki roadmap yang tegas dalam menjaga integritas informasi.
Ini terungkap dalam pidato Gubernur Lemhanas RI, Dr. Tubagus Ace Hasan Syadzily dalam Munas JMSI ke-2.
Tubagus Ace menyatakan bahwa media siber harus menjadi filter atas narasi-narasi asing yang merusak. “Perang hari ini bukan lagi senjata, tapi opini,” katanya. Tapi pertanyaan mendasarnya: dengan regulasi usang dan tidak adanya pelatihan massif di tingkat jurnalis, bagaimana media bisa menjadi garda depan tanpa senjata?
Sementara itu, Dewan Pers menyebut JMSI sebagai pemikir masa depan media. Tapi pemikir butuh ruang, dan media butuh perlindungan.
Saat ini, bukan hanya media yang dilanda krisis keuangan, tetapi juga krisis posisi: dianggap penting, tapi tidak pernah benar-benar didukung.
Indonesia disebut belum sepenuhnya memanfaatkan keunggulan geopolitiknya. Padahal, ketahanan siber adalah bagian dari pertahanan negara.
Tapi dalam praktiknya, negara justru melempar tanggung jawab itu ke media yang tak punya daya tawar baik dalam undang-undang maupun fiskal.***