Jakarta, BandungOke.com – Usulan anggota DPR RI, Nasim Khan, soal gerbong khusus merokok berakhir jadi bumerang. Alih-alih menghadiri debat terbuka yang digelar Indonesian Youth Council for Tactical Changes (IYCTC) pada Selasa (26/8), politisi itu memilih absen.
Kursi kosong yang ditinggalkannya berubah jadi simbol nyata jauhnya wakil rakyat dari rakyat yang mereka wakili.
Ketua IYCTC, Manik Marganamahendra, menyebut ketidakhadiran Nasim sebagai bentuk pengingkaran tanggung jawab publik.
“Usul ngawur sudah dilontarkan, tapi ketika ditantang untuk diuji, yang muncul hanya kursi kosong. Kalau benar-benar mewakili kepentingan publik, seharusnya hadir, berargumen, dan siap diuji oleh data serta suara rakyat,” ujarnya dikutip Rabu (27/8/2025)
Manik juga menyoroti klaim Nasim yang sebelumnya menyebut negara harus mengakomodasi 70 juta perokok.
“Itu bukan prestasi, itu tragedi. Negara gagal melindungi rakyat dari produk adiktif yang tiap tahun merenggut lebih dari 290 ribu nyawa. Alih-alih jadi alarm, angka itu malah dijadikan pembenaran untuk menormalisasi adiksi. Itu logika sesat,” tegasnya.
Forum publik malam itu dengan telak membongkar kelemahan logika Nasim: perbandingan keliru antara rumah pribadi dan kereta sebagai ruang publik, hingga kontradiksi antara sikap pribadi yang ‘tahu diri’ dan dorongan membuka ruang merokok di transportasi umum.
Lebih parah, ide gerbong rokok jelas bertabrakan dengan hukum. UU Kesehatan dan PP No. 28/2024 menegaskan transportasi umum sebagai Kawasan Tanpa Rokok (KTR). PT KAI bahkan sudah melarang merokok sejak 2012, menjadi pelopor transportasi sehat di Asia. Dari sisi ekonomi, usulan ini sama sekali tak masuk akal: kerugian akibat rokok pada 2015 mencapai Rp600 triliun, empat kali lipat penerimaan cukai.
Kehadiran publik di forum—mahasiswa, aktivis, hingga warga yang terpapar asap rokok—berujung pada satu kesimpulan tegas yakni usulan Nasim Khan tidak layak, menyesatkan, dan berbahaya. Seorang warga bahkan menyebut ide itu “sekadar isu pengalihan yang menjual adiksi.”
Manik menutup forum dengan pesan pedas: “Kursi kosong malam ini jadi pengingat. Jangan sampai kita memilih wakil rakyat yang lebih sibuk menjaga kursinya daripada menjaga rakyatnya.”***






