BandungOke – Sekolah Bisnis dan Manajemen Institut Teknologi Bandung (SBM ITB) terus menunjukkan komitmennya dalam pengembangan ekonomi berbasis kerakyatan.
Melalui kegiatan Fridaypreneurship bertema “Pembangunan Ekonomi Berbasis Rakyat”, SBM ITB bersama Ikatan Mahasiswa Kewirausahaan (IMK) mengundang Direktur Sarana Perdagangan dan Logistik Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, Sri Surgi Atmanto, S.E., M.M., untuk membahas arah kebijakan revitalisasi pasar rakyat.
Acara ini dibuka oleh Wakil Dekan SBM ITB, Dr. Ir. Subiakto, M.B.A., RFA, QWP, CFP, yang menegaskan kontribusi SBM ITB dalam pengembangan sektor perdagangan rakyat.
“Kami sebelumnya telah menjalankan program pembangunan pasar di Pasar Atas dan Cimindi, Cimahi. SBM ITB berkomitmen untuk terus berkontribusi dalam memajukan sektor perdagangan di Indonesia,” ujar Subiakto dalam keterangan resminya. Jumat (26/4/2025)
Dalam pemaparannya, Sri Surgi Atmanto menyoroti pentingnya pembangunan sarana perdagangan berbasis logistik guna stabilisasi harga dan distribusi barang kebutuhan pokok di seluruh wilayah Indonesia.
Ia menekankan bahwa program ini bertujuan untuk mengatasi disparitas harga antarwilayah dan memperkuat ketahanan ekonomi rakyat.
Namun, ia juga mengingatkan tantangan besar dalam pembangunan pasar rakyat, seperti kurangnya studi kelayakan yang menyebabkan banyak pasar terbengkalai.
“Banyak pasar yang dibangun tanpa mempertimbangkan kebutuhan masyarakat, sehingga tidak optimal dalam mendukung ekonomi lokal,” jelasnya.
Sebagai solusi, pemerintah mendorong revitalisasi pasar rakyat tidak hanya secara fisik, tetapi juga melalui peningkatan kapasitas pedagang, digitalisasi pasar, dan manajemen yang lebih modern. Program ini diperkuat melalui Instruksi Presiden (Inpres) No. 8 Tahun 2025 yang fokus pada percepatan pengentasan kemiskinan ekstrem.
“Revitalisasi pasar diharapkan mampu meningkatkan pendapatan masyarakat, mengurangi pengeluaran rumah tangga, dan mengurangi kantong-kantong kemiskinan,” tambah Sri Surgi.
Sri Surgi juga menyoroti tantangan konsumsi berlebihan dan ketergantungan bahan baku impor di industri tekstil.***