close
RCAST.NET
HOT
BandungOKE
No Result
View All Result
BandungOKE
No Result
View All Result

Swiss Innovation Challenge Asia 2025 Resmi Dimulai

by admin
28 Juni 2025 - 08:31
Swiss Innovation Challenge Asia 2025 Resmi Dimulai

Bandung, BandungOke – Swiss Innovation Challenge (SIC) Asia 2025 resmi dimulai melalui Kick-Off Seminar dengan tema “Green is the New Disruptor : Startups leading sustainable change”.

Kegiatan ini digelar secara hybrid di Auditorium Lantai 2 SBM ITB dan secara daring. Program ini adalah hasil kolaborasi antara School of Business and Management Institut Teknologi Bandung (SBM ITB) dan University of Applied Sciences and Arts Northwestern Switzerland School of Business (FHNW), yang telah berlangsung sejak 2016 dan kini memasuki tahun kedelapan penyelenggaraannya.

RelatedPosts

UPI Kibarkan Merah Putih di SEA Games 2025, Kampus Pendidikan Panen 14 Medali

Muswil APTISI Jabar 2025, Arah Baru PTS Menuju Unggul

SSU ITB 2026 Jadi Peluang Emas Siswa Unggul Masuk Kampus Ternama

Dalam sambutannya, Prof. Dr. Aurik Gustomo menyampaikan bahwa untuk menciptakan bisnis yang benar-benar berkelanjutan, tidak cukup hanya mengutamakan keuntungan ekonomi. Menurutnya, setiap inovasi harus memiliki dampak positif terhadap lingkungan dan sosial.

“Kita tidak boleh hanya berpikir dalam kerangka nilai ekonomi, tetapi juga harus mempertimbangkan nilai sosial dan lingkungan, yaitu manusia dan bumi,” katanya dikutip Sabtu (28/6/2026)

Prawira Fajarindra Belgiawan, Ph.D., selaku National Project Officer SIC Asia 2025, menjelaskan bahwa program ini mencakup tiga tahap utama yaitu penyusunan gagasan inovatif, pengembangan rencana bisnis, serta strategi pelaksanaannya.

Kompetisi ini terbuka bagi perusahaan, startup, maupun individu yang memiliki ide inovatif dan berdampak, dengan total hadiah mencapai Rp50 juta dan peluang untuk mempresentasikannya di tingkat internasional, tepatnya di Swiss. Ia menekankan, “Ini bukan sekadar perlombaan, melainkan wadah untuk mengubah ide menjadi aksi dan memberi dampak nyata.”

Sementara itu, Prof. Dr. Mahmoud Al-Kilani dari International Steering Committee Swiss Innovation Challenge menyampaikan sambutannya secara daring. Ia menekankan bahwa kompetisi ini bukan sekadar ajang lomba, melainkan peluang nyata bagi para wirausahawan muda, mahasiswa, dan praktisi untuk mengembangkan ide inovatif menjadi solusi berdampak global. Ia juga menyampaikan harapannya agar program ini menjadi jembatan kolaborasi antara Indonesia dan Swiss.

Lebih lanjut, ia menyatakan bahwa dalam kompetisi ini, tidak ada istilah tim terbaik atau pemenang mutlak. Menurutnya, setiap peserta yang berhasil mencapai tahap akhir sudah menunjukkan kualitas luar biasa dan layak disebut sebagai pemenang. Penilaiannya bukan semata soal siapa yang unggul, tetapi seberapa besar kontribusi ide-ide tersebut terhadap perubahan yang berkelanjutan.

Menutup pesannya, ia mendorong para peserta untuk tetap percaya diri “Berani, kreatif, dan yang terpenting nikmati setiap prosesnya,” pesannya.

Materi utama dalam seminar disampaikan oleh Melia Famiola Hariadi, Ph.D., dosen Sekolah Bisnis dan Manajemen ITB. Ia membuka sesi dengan membagikan kenangan masa kecilnya saat belajar di sekolah dasar, “Dulu guru saya bilang Indonesia itu negara yang kaya. Apakah guru kalian juga pernah mengatakan hal yg sama?” tanyanya kepada peserta.

Namun seiring bertambahnya usia, pandangannya mulai berubah. Salah satu titik balik terjadi saat ia membeli mobil pertamanya dan menyadari bahwa 30 hingga 40 persen dari anggaran bulanannya habis untuk bahan bakar. Dari situ, ia mulai mempertanyakan ulang anggapan tentang kelimpahan sumber daya, karena kenyataannya saat ini banyak sumber daya mulai menipis dan menyebabkan kelangkaan.

Dalam pemaparannya, Melia mengajak peserta untuk memandang keberlanjutan bukan sebagai beban, melainkan peluang untuk berinovasi. Ia menekankan bahwa startup memiliki keunggulan karena tidak harus terikat pada pola lama, “Startup justru bisa memangkas proses awal dan langsung fokus membangun sistem yang berkelanjutan,” jelasnya.

Ia kemudian menampilkan contoh konkret dari Kaffeeform, sebuah startup di Jerman yang mengolah limbah ampas kopi menjadi produk cangkir yang dapat digunakan kembali. Satu produk ini berhasil menjawab dua persoalan lingkungan sekaligus yaitu limbah cangkir plastik dan ampas kopi. “Inilah kekuatan dari berpikir kritis dan desain yang berdampak,” katanya.

Contoh lainnya datang dari Blue Ventures, organisasi konservasi laut yang bermula dari riset Marion Ala, mahasiswa doktoral asal Inggris. Di Madagaskar, Marion menemukan kerusakan ekosistem laut yang mengancam penghidupan nelayan. Blue Ventures lalu merancang model konservasi yang juga membuka peluang ekonomi melalui ekowisata. Melia menekankan bahwa keberhasilan model ini tak lepas dari keterlibatan masyarakat lokal. “Tanpa partisipasi mereka, konservasi hampir mustahil dilakukan,” ujarnya.

Melia juga menjelaskan bahwa dunia kini bergerak menuju ekonomi rendah karbon. Peluang besar terbuka di bidang energi terbarukan, karbon kredit, dan restorasi lingkungan. Salah satu contohnya adalah proyek restorasi lahan gambut di Kalimantan Tengah yang berhasil menarik dukungan dari perusahaan internasional. “Ini bukan bisnis konvensional, melainkan sektor baru yang sangat relevan, dan Indonesia memiliki peran penting sebagai penyedia oksigen dan penyerap karbon dunia,” tambahnya.

Menutup sesi, Melia mengajak peserta untuk menjadikan keberlanjutan sebagai bagian dari inti strategi bisnis. Ia mengutip sebuah kalimat, “Keberlanjutan bukan lagi soal mengurangi dampak buruk, tapi tentang menciptakan dampak yang lebih baik.”***

editor : Denny Surya

Share221Tweet138Share55

Trending

Di Balik Riuh Nataru, Dirut KAI Bobby Rasyidin Menyapa Petugas yang Menjaga Perjalanan Aman
Ragam

Di Balik Riuh Nataru, Dirut KAI Bobby Rasyidin Menyapa Petugas yang Menjaga Perjalanan Aman

2 jam ago
Sagara Madasari Hadirkan Sensasi Kuliner Pantai Pangandaran di Kota Bandung
Kota Bandung

Sagara Madasari Hadirkan Sensasi Kuliner Pantai Pangandaran di Kota Bandung

9 jam ago
Menjaga Hijau di Tengah Kota, Akankah Kebun Binatang Bandung Tetap Lestari
Kota Bandung

Menjaga Hijau di Tengah Kota, Akankah Kebun Binatang Bandung Tetap Lestari

10 jam ago
Pemkot Bandung Tinjau Pembangunan Krematorium PHDI, Simbol Kerukunan Umat
Kota Bandung

Pemkot Bandung Tinjau Pembangunan Krematorium PHDI, Simbol Kerukunan Umat

13 jam ago
Stasiun Tanjung Balai Seabad Melayani, Urat Nadi Mobilitas Sumut
Kota Bandung

H+9 Nataru Bandung Padat Wisatawan, Stasiun Jadi Pusat Mobilitas Ekonomi Kota

1 hari ago
  • About
  • Advertise
  • Privacy & Policy
  • Contact Us

No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
  • Kota Bandung
  • Jawa Barat
  • Hukrim
  • Pendidikan
  • Gaya Hidup
  • Ragam